Sunday, December 14, 2008

sate bola jadi tiket ke senayan

Resah melihat anak didik kesulitan menerima penjelasannya sebagai seorang guru matematika, Samsul Hadi berpikir keras. Bagaimana caranya agar matematika tak lagi dianggap pelajaran susah. Dan guru SMAN 1 Singkep ini berhasil menemukan jawabannya.

Ditemui di rumahnya, komplek TVRI Telex, beberapa malam lalu, ia tengah serius di depan laptopnya. Sejurus kemudian, pembicaraan pun tak jauh dari hobinya, matematika. Alumnus IKIP Negeri Malang Jurusan Matematika tahun 1995 dan mendapatkan gelar MPd-nya tahun 2007 di kampus yang sama (sekarang Universitas Negeri Malang) ini lalu menunjukkan gambar di monitor. "Ini saya namakan sate bola. Saya ciptakan ketika murid-murid kesulitan memahami peluang atau probability," jelasnya.

Memang, sate bola yang berhasil mengantarkan Samsul ke Jakarta sebagai nominator guru berprestasi tingkat nasional 2008 atas undangan Depdiknas tak ubahnya sate kambing atau ayam yang biasa kita lihat. Cuma, daging-dagingnya diganti bola dengan warna sama untuk setiap tusukan. Tusukan-tusukan itu untuk ratusan, puluhan atau satuan. "Bisa juga disebut sempoanya matematika," lanjut Samsul. Judul karya ilmiah yang dipilihnya adalah Pembelajaran Matematika Realistik Melalui Kolaborasi Alat Peraga Sate Bola dan Komputer.

Untuk mempermudah pembelajaran, sate bola tadi dikombinasikan dengan komputer. Samsul menggunakan program presentasi power point buatan microsoft untuk menjelaskan bagaimana metode sate bola digunakan. Menurutnya, murid-murid lebih mudah memahami materi peluang dengan menggunakan alat peraga dibandingkan hanya mempelajari dengan cara membaca dari buku. Sate bola itu kini dipatenkan Samsul.

Perjalanan ke Jakarta cukup panjang. Tanggal 2 Mei 2008 dimulai penilaian tingkat kecamatan Singkep Barat, dan ia lolos. Saat penilaian tingkat kabupaten, ternyata guru peserta lomba karya ilmiah dari kecamatan lain belum ada yang menyiapkan karya ilmiahnya. Padahal tim penilai sudah datang. Tak ingin kehilangan kesempatan, karya ilmiahnya diikutkan ke tingkat Provinsi Kepri. Sebenarnya, waktu itu ada banyak peluang bagi guru karena ada kategori guru TK, SD, SMP, SMA dan pengawas SD, SMP dan SMA. Namun dari Kabupaten Lingga hanya ia dan Susilo yang maju. Ia mewakili guru SMA dan Susilo wakil guru SD. Di Provinsi, keluar sebagai juara satu untuk guru TK dari Tanjungpinang, juara satu kategori SD Kabupaten Natuna, juara satu untuk guru SMP dari Tanjungpinang dan Samsul mewakili Provinsi Kepri ke Jakarta untuk kategori guru SMA.

"Saya tak menyangka, dari kabupaten baru bisa menang. Saat diberitahu panitia agar saya yang memberikan pesan dan kesan di depan peserta lain, saya berfikir mengapa harus saya. Ternyata saya terpilih mewakili Provinsi Kepri untuk guru SMA," Samsul mengenang.

Siapa sangka juga, berkat sate bola, tanggal 14 Agustus 2008 ia bisa merasakan kemewahan menginap di Hotel Sahid bersama finalis dari 33 provinsi se-Indonesia. Kebanggaannya bertambah ketika sehari kemudian rombongan guru berprestasi diajak berkunjung ke gedung DPR dan mendengarkan secara langsung pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk para guru. Meski tak juara, namun suami dari Sri Kartini, guru SMK Dabo ini bersyukur. Namun ia merendah dan menolak disebut guru teladan, "Saya hanya finalis Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional."

Urusan karya ilmiah, Samsul memang hobi. Tahun 2003, ia berhasil menjadi juara harapan dua lomba karya ilmiah yang diselenggarakan Depdiknas, di tahun dan penyelenggara yang sama karya ilmiahnya seputar inovasi pembelajaran masuk final. Bahkan malam itu POSMETRO ditunjukkan kerya ilmiah terbarunya yang diberi nama Grafik Magnet Geser yang berfungsi memudahkan anak didik memahami grafik dalam waktu cepat. Peralatannya sederhana, selembar seng yang dicat kuning, digaris kotak-kotak kecil, diberi kawat dan magnet. Idenya ini siap diadu dengan karya ilmiah lain dalam waktu dekat. "Saya mendapatkan undangan untuk mengikuti karya ilmiah selanjutnya, ini suratnya," katanya menunjukkan selembar kertas dari Depdiknas.

1 comment:

Nofrizar said...

guru yang satu ini memang rendah hati kok, mudah mudahan jadi contoh bagi muridnya dan terus berhasil ya pak.